Konon kabarnya, Elang dan Ayam adalah dua jenis burung yang berteman baik. Dimana ada Elang, disitu pasti ada ayam. Mereka selalu tampak berjalan beriringan. Tidak aneh bagi manusia untuk melihat Elang dan Ayam terbang bersebelahan melintasi udara bebas.
Elang dan Ayam tinggal dirumah Pak Tani. Mereka mendapatkan makanan setiap hari, beras padi, atau makanan lainnya,
Namun Elang tidak merasa nyaman dengan keadaan itu. Ia tidak suka dengan hanya menunggu makanan. Ia lebih senang terbang berkelana dan mencari mangsanya. Ia kemudian meninggalkan sahabatnya si Ayam dan menggabungkan diri dengan burung lainnya yang memiliki kesukaan yang sama dengannya. Ia membuat tempat tinggalnya sendiri disalah satu tebing terjal jauh dari hiruk pikuk kehidupan mahluk lainnya.
Begitu pula si Ayam. Ia menjalani kehidupannya sendiri. Ia makan semua yang ia inginkan karena semua telah tersedia. Ia tidak pernah bekerja sehingga tumbuh menjadi burung yang gemuk dan malas.
Namun pada suatu hari ia mendengar istri tuan petani menyebutkan bahwa Hari Raya akan datang beberapa hari lagi. Alangkah indahnya jika ada hidangan Ayam panggang untuk makan malam.
Mendengar hal itu si Ayam memutuskan untuk minggat dari pertanian itu dan bergabung kembali dengan teman baiknya si Elang. Namun ketika berusaha untuk terbang, barulah ia sadar tubuhnya terlalu gemuk hingga tidak dapat terbang lagi. Saat itu ia hanya dapat mengepak-ngepakkan sayapnya saja. Dan pada akhirnya saat Hari Raya tiba si Ayam dipanggang untuk makanan keluarga Tuan Petani yang lezat.
Barangkali kisah seperti itu banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pelajaran yang dapat kita petik dari cerita diatas bahwa saat kita terlena dengan keadaan nyaman justru saat itu kita sedang menidurkan potensi kita dan secara tidak sadar membelengu kemampuan yang kita miliki. Kita tidak berani mengambil tidakan kongkrit untuk melakukan suatu perubahan. Ketakutan selalu membayangi jika seandainya harus berubah karena sudah merasa sangat nyaman dengan keadaanya. Akibatnya kita tidak mau berpikir bahwa segala kejadian sebenarnya tidak tidak akan selamanya selalu aman dan nyaman. Perubahan itu selalu terjadi sebagai sebuah dinamina kehidupan, tak terkecuali jika kita tidak berhati-hati dengan comfort zone ini maka kita akan tergilas dengan perubahan yang terjadi diluar sana.
Ini merupaka peringatan bagi kita agar tidak terperangkap dalam kenyamanan dimana segalanya merasa telah cukup dan tersedia tapi kemudian menyesal dikemudian hari. Perhatikanlah lingkungan sekitar pasti ada teman yang sudah masuk kesebuah Comfort Zone atau mungkin diri kita sendiri. Bahkan mungkin Bos Anda pun sudah masuk kedalam perangkap tersebut. Keterlenaan memasuki daerah itu menjadikan status usahanya pun masuk kedaerah darurat. Ingatlah selalu ada keju gratis dalam perangkap tikus.
Tulisan ini bukan berarti mengajak Anda semua berubah lalu meninggalkan pekerjaan yang menjadi tiang penyangga penghasilan Anda. Cuma yang mesti diingat kadang dalam suatu pekerjaan pun karena sudah merasa cukup aman dan nyaman sehingga merubah pola pikir kita menjadi lebih santai. Kita enggan berpikir lebih keras lagi dan membiarkan semua berjalan tanpa ada perubahan berarti. Bekerja hanya berdasarkan kewajiban saja tanpa nilai lebih yang dapat diandalkan. Begitupun dengan para pemimpinya, hanya menyerahkan segala sesuatu urusan pada bawahnnya. Seandainya anda merasa dalam zona tersebut segerah keluar untuk berubah, bekerjalah lebih produktif lagi.
Semasa saya bekerja banyak diantara rekan-rekan saya begitu nyaman dengan keadaannya. Hingga suatu saat dikarenakan perusahaan merugi akibat menurunnya produktifitas, sehingga berniat merampingkan karyawan yang kurang produktif, disitulah mereka mulai berfikir dan menyesali kinerjanya selama ini.
Munculnya kesadaran dalam diri untuk berubah dan lebih profesional di bidangnya adalah suatu hal yang sebelumnya tidak pernah dilakukan dengan serius karena kita cenderung nyaman dengan keadaan saat ini, yakni berada di "comfort zone." Kita tidak menyadari bahwa tantangan dan ancaman dari luar semakin hari semakin kuat. Jika kita tidak segera bergerak keluar zona nyaman ini kita akan tergeser dan setelah semua jatuh, yang ada hanyalah penyesalan.
Jadi berhati-hatilah dengan situasi ini, karena tantangan yang paling berat adalah keluar dari Comfort Zone.
Source image : http://www.dianaserrandservice.com
Elang dan Ayam tinggal dirumah Pak Tani. Mereka mendapatkan makanan setiap hari, beras padi, atau makanan lainnya,
Namun Elang tidak merasa nyaman dengan keadaan itu. Ia tidak suka dengan hanya menunggu makanan. Ia lebih senang terbang berkelana dan mencari mangsanya. Ia kemudian meninggalkan sahabatnya si Ayam dan menggabungkan diri dengan burung lainnya yang memiliki kesukaan yang sama dengannya. Ia membuat tempat tinggalnya sendiri disalah satu tebing terjal jauh dari hiruk pikuk kehidupan mahluk lainnya.
Begitu pula si Ayam. Ia menjalani kehidupannya sendiri. Ia makan semua yang ia inginkan karena semua telah tersedia. Ia tidak pernah bekerja sehingga tumbuh menjadi burung yang gemuk dan malas.
Namun pada suatu hari ia mendengar istri tuan petani menyebutkan bahwa Hari Raya akan datang beberapa hari lagi. Alangkah indahnya jika ada hidangan Ayam panggang untuk makan malam.
Mendengar hal itu si Ayam memutuskan untuk minggat dari pertanian itu dan bergabung kembali dengan teman baiknya si Elang. Namun ketika berusaha untuk terbang, barulah ia sadar tubuhnya terlalu gemuk hingga tidak dapat terbang lagi. Saat itu ia hanya dapat mengepak-ngepakkan sayapnya saja. Dan pada akhirnya saat Hari Raya tiba si Ayam dipanggang untuk makanan keluarga Tuan Petani yang lezat.
--ooOoo--
Barangkali kisah seperti itu banyak kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pelajaran yang dapat kita petik dari cerita diatas bahwa saat kita terlena dengan keadaan nyaman justru saat itu kita sedang menidurkan potensi kita dan secara tidak sadar membelengu kemampuan yang kita miliki. Kita tidak berani mengambil tidakan kongkrit untuk melakukan suatu perubahan. Ketakutan selalu membayangi jika seandainya harus berubah karena sudah merasa sangat nyaman dengan keadaanya. Akibatnya kita tidak mau berpikir bahwa segala kejadian sebenarnya tidak tidak akan selamanya selalu aman dan nyaman. Perubahan itu selalu terjadi sebagai sebuah dinamina kehidupan, tak terkecuali jika kita tidak berhati-hati dengan comfort zone ini maka kita akan tergilas dengan perubahan yang terjadi diluar sana.
Ini merupaka peringatan bagi kita agar tidak terperangkap dalam kenyamanan dimana segalanya merasa telah cukup dan tersedia tapi kemudian menyesal dikemudian hari. Perhatikanlah lingkungan sekitar pasti ada teman yang sudah masuk kesebuah Comfort Zone atau mungkin diri kita sendiri. Bahkan mungkin Bos Anda pun sudah masuk kedalam perangkap tersebut. Keterlenaan memasuki daerah itu menjadikan status usahanya pun masuk kedaerah darurat. Ingatlah selalu ada keju gratis dalam perangkap tikus.
Tulisan ini bukan berarti mengajak Anda semua berubah lalu meninggalkan pekerjaan yang menjadi tiang penyangga penghasilan Anda. Cuma yang mesti diingat kadang dalam suatu pekerjaan pun karena sudah merasa cukup aman dan nyaman sehingga merubah pola pikir kita menjadi lebih santai. Kita enggan berpikir lebih keras lagi dan membiarkan semua berjalan tanpa ada perubahan berarti. Bekerja hanya berdasarkan kewajiban saja tanpa nilai lebih yang dapat diandalkan. Begitupun dengan para pemimpinya, hanya menyerahkan segala sesuatu urusan pada bawahnnya. Seandainya anda merasa dalam zona tersebut segerah keluar untuk berubah, bekerjalah lebih produktif lagi.
Semasa saya bekerja banyak diantara rekan-rekan saya begitu nyaman dengan keadaannya. Hingga suatu saat dikarenakan perusahaan merugi akibat menurunnya produktifitas, sehingga berniat merampingkan karyawan yang kurang produktif, disitulah mereka mulai berfikir dan menyesali kinerjanya selama ini.
Munculnya kesadaran dalam diri untuk berubah dan lebih profesional di bidangnya adalah suatu hal yang sebelumnya tidak pernah dilakukan dengan serius karena kita cenderung nyaman dengan keadaan saat ini, yakni berada di "comfort zone." Kita tidak menyadari bahwa tantangan dan ancaman dari luar semakin hari semakin kuat. Jika kita tidak segera bergerak keluar zona nyaman ini kita akan tergeser dan setelah semua jatuh, yang ada hanyalah penyesalan.
Jadi berhati-hatilah dengan situasi ini, karena tantangan yang paling berat adalah keluar dari Comfort Zone.
Source image : http://www.dianaserrandservice.com
0 komentar:
Posting Komentar