Dahulu ada seorang pedagang kaya yang berasal dari Shanxi datang ke ibukota, menginap disebuah penginapan. Orang kaya ini memakai pakaian yang mewah, dengan kereta kuda yang mengkilap, serta membawa beberapa orang pembantu. Dari rumahnya dia membawa banyak uang, dia mencari relasi yang bisa menyogok pejabat supaya dapat mendapatkan jabatan sebagai pejabat di ibu kota.
Pada suatu hari, ada seorang tua yang memakai pakaian kusam datang menjenguk pedagang kaya ini. Tetapi para pembantunya tidak mengizinkan kakek ini bertemu dengan majikannya, bahkan sama sekali tidak melaporkan kedatangannya kepada majikannya. Orang tua ini sangat kecewa, karena sebenarnya dia menaruh harapan besar dapat bertemu dengan pedagang ini. Tetapi tidak disangka pedagang kaya ini sama sekali tidak tahu membalas budi.
Sambil menahan kesabarannya, kakek ini menunggu sampai pedagang kaya keluar lalu meminta bantuannya. Pedagang kaya ini dengan pura-pura berkata, “Saya bukannya tidak mau menolong Anda, tetapi saya sendiri juga dalam kesulitan, sama sekali tidak bisa membantu Anda, cobalah Anda mencari jalan lain.”
Kakek ini tidak dapat menahan kesabarannya lagi, sambil menangis dia menceritakan kepada pengunjung penginapan, “Cobalah kalian pikirkan, dahulu pedagang kaya ini adalah seorang yang sangat miskin, pada saat itu saya adalah seorang pejabat dikota Shanxi, ketika dia tidak ada makanan dia akan datang mencari saya, selama puluhan tahun ini sudah tak terhitung berapa kali dia memakan makanan saya. Akhirnya dia masih meminjam uang 100 dollar kepada saya, untuk mencoba berdagang. Akhirnya dia sekarang bisa menjadi pedagang kaya, tapi dia sudah tidak pernah mencari saya lagi.
Sekarang saya telah pensiun, terdampar di ibu kota dan diserang penyakit. Pada saat ini saya mendapat kabar bahwa pedagang ini tiba di ibukota, saya merasa sangat gembira. Saya juga tidak mengharapkan banyak bantuan darinya, saya hanya mengharapkan dia membayar hutang 100 dollar yang dipinjamnya dahulu supaya orang yang setua saya ini dapat pulang ke kampung, hati saya sudah sangat gembira.” Setelah selesai bercerita dia menangis dengan sedih. Sungguh mengherankan pedagang kaya ini sama sekali tidak menaruh belas kasihan kepada kakek ini dan sama sekali tidak memperdulikannya.
Tiba-tiba seorang marga Yang datang kehadapan pedagang dan berkata kepadanya, “Apakah ucapan kakek ini benar?” Pedagang kaya ini dengan tersendat-sendat berkata, “Memang ada kejadian tersebut, tetapi sekarang saya tidak mempunyai uang, apakah yang harus saya lakukan?” malahan dia yang balik bertanya kepada pria marga Yang ini.
Pria marga Yang berkata lagi, “Jika ada orang yang meminjamkan kepadamu uang 100 dollar, dalam satu tahun engkau tidak usah membayar bunganya, apakah engkau bisa membuat surat hutang untuknya?”
Pedagang kaya ini kemudian memutar otaknya berpikir sebentar, kemudian berkata, “Boleh.” Didalam hatinya sangat gembira, lalu dia pun bergegas menulis sebuah surat hutang. Setelah pria marga Yang itu menerima surat hutang, lalu dari kantong bajunya dia mengeluarkan uang 100 dolar. Dengan sangat terpaksa pedagang kaya itu menyerahkan uang itu kepada sang kakek. Pria marga Yang lalu mengundang mereka berdua makan dihotel tersebut. Kakek itu sangat gembira memakan makanannya, sedangkan pedagang kaya ini dengan terpaksa meminum seteguk arak, lalu dengan tergesa-gesa pamit.
Pedagang kaya merasa bangga atas kepintarannya dirinya. Tetapi setelah sampai diatas kamarnya, ketika dia membuka kotak uangnya yang terkunci dengan rapat, dia menghitung uangnya ternyata uangnya berkurang 100 dollar. Dia merasa heran, kotak uang yang terkunci dengan rapat, bagaimana mungkin uangnya bisa lenyap. Yang lebih mengherankan lagi adalah bon hutang yang ditulis dirinya sendiri yang diserahkan kepada pria Yang tersebut sekarang ada didalam kotak uangnya. Dia pun kemudian pergi untuk mencari pria marga Yang itu, tetapi pria itu telah menghilang tanpa jejak.
Pedagang kaya ini sama sekali tidak menduga, bahwa pria marga Yang tersebut sebenarnya adalah jelmaan dari seorang Dewa. Setelah Dewa melihat pedagang yang tidak tahu membalas budi ini, maka Dewa ini sengaja menjelma menjadi pria marga Yang untuk memperingatkan pedagang ini supaya ingat budi dan hutang harus dibayar. Sehingga sengaja mengambil uang di kotak uang pedagang dan ditukar dengan kertas hutang yang ditulis diri sendiri. Ini adalah peringatan kepada pedagang kaya ini supaya dia bisa bertobat.
0 komentar:
Posting Komentar