Jumat, 07 September 2012

Kisah Lena Maria



Masalah seringkali muncul karena kita berusaha memperoleh apa yang belum ada dengan mengabaikan apa yang ada. Parahnya lagi, keadaan menjadi lebih sulit ketika kita tak mampu bersyukur dengan apa yang kita miliki dan mengeluh dengan apa yang tidak kita miliki.

 

Pernahkah kita berusaha menghitung harta kekayaan yang kita miliki secara pribadi? Kita punya tangan, kaki, mata, pikiran, telinga dan tubuh yang kuat. Bukankah semua itu adalah modal berharga untuk beroleh hidup yang lebih baik?

Lena Maria adalah contoh yang luarbiasa mengenai kemampuan bersyukur atas apa yang dimilikinya dan apa yang tidak dimilikinya. Terlahir tanpa kedua lengan dan kaki kiri yang lebih kecil dari kaki kanan, bukanlah alasan baginya untuk mengasihani diri sendiri.

Lena Maria, wanita yang terlahir di Swedia, 28 September 1968 ini membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah rintangan untuk meraih keberhasilan. Bahkan keterbatasan adalah jalan keluar untuk menembus ketidakterbatasan.

Layaknya orang normal, pada usia 3 tahun, Lena sudah belajar berenang. Diusia 15 tahun, Lena sudah mewakili Swedia dalam kejuaraan renang. Dan diusia 18 tahun, Lena Maria berhasil memperoleh empat emas dalam kejuaraan dunia dan mampu memecahkan rekor renang gaya kupu-kupu.

 
Bukan hanya itu, Lena Maria juga berhasil dalam dunia lukisan, berhasil dalam dunia seni, dan sukses dalam tulis-menulis. Padahal untuk melukis, Lena Maria harus berjuang dengan menggunakan mulut dan kakinya.

Kesuksesan Maria Lena dalam bidang seni menghasilkan beasiswa di The Royal University of Collegge of Music, Swedia. Kemampuan Lena Maria dalam bermusik ini juga sudah menghasilkan beberapa album lagu. Bahkan Lena Maria sudah mengadakan konser ke berbagai manca negara.

 

Seakan tidak cukup hanya sampai disitu, pada tahun 1996, Lena Maria berhasil meluncurkan sebuah buku berjudul “Foot-Notes” yang mengisahkan perjalanan hidupnya. Buku ini sudah diterjemahkan kedalam bahasa Inggris, Jerman, Prancis, Jepang, Thailand, Korea, Mandarin, dan Rusia. (diolah dari sumber: andriewongso.com)

Renungan

"Saya lebih memilih untuk bersyukur atas apa yang dapat saya lakukan, daripada kecewa atas apa yang tak dapat saya lakukan," kata Maria Lena dengan bijak. Apalagi hal yang lebih baik daripada bersyukur dan berbuat dengan apa yang ada?

Bagaimana agar kita dapat meraih hasil yang luar biasa? Mulailah dengan mengetahui apa yang sungguh-sungguh kita miliki, lalu mengembangkannya, dan kemudian terus-menerus mengadakan evaluasi demi hasil yang terbaik. Hal-hal apa yang membuat kita bersyukur dan membuat kita mampu memberi perbedaan? Mari kita lakukan: introspeksi, inventarisir dan implementasikan melalui perbuatan nyata.

0 komentar:

Posting Komentar