Bissmillah...
Pada kesempatan ini saya ingin bercerita tentang sebuah kampung dimana aku di besarkan, kampung yang sampai sekarang tidak ada duanya. Sebut saja namanya Kampung Islami, walaupun bukan nama yang sebenarnya, tapi akau selalu ingin menyebutnya dengan nama tersebut, karna nuansa islami begitu kental terasa dalam segala aspek kehidupan masyarakatnya. Nuansa islam inilah yang membuat kampungku sangat berbeda dengan berbagai tempat yang pernah aku datangi. Tidak akan pernah kau temui sesorang disudut manapun dikampungku dengan muka ketus, selalu ada tegur sapa dengan bumbu senyum terhidang manis, tanpa ada batas status sosial seperti yang sering terkabar dan terlihat belakangan ini.
Jumlah penduduk sekitar 400 kk dengan luas wilayah yang bisa dibilang terlalu luas jika dibandingkan dengan jumlah penduduknya, dengan mata pencaharian kebanyakan dari bertani, bertenak dan berdagang menurut saya sudah bisa tergolong kampung yang cukup sejahtera jika dilihat dari sektor ekonomi. Saya yakin banyak diantara penduduk dikampung saya tergolong orang-orang kaya, walaupun sebenarnya saya hampir tidak bisa membedakannya, karna penduduknya rata-rata lebih memilih hidup sederhana dan ahli sedekah.
Aktifitas warga pada pagi hari dumulai dengan shalat subuh berjamah di masjid, tidak pernah aku temukan jamaah shalat subuh sebanyak jamaah subuh dikampungku, bahkan jamaah subuh terkadan lebih banyak dibandingkan dengan waktu shalat lainnya. Dan tak hentinya aku bersyukur kepada Allah swt, yang telah memberikan aku keimanan dan kesehatan sehingga aku masih bisa berjejal diantara jamaah-jamaah masjid dikampungku.
Tidak ada pemandangan yang lebih indah dibandingkan dengan melihat para warga-warga senior (orang-orang tua) yang berdiam dimasjid habis shalat subuh sampai fajar, suara langkah para warga yang menyebar untuk mencari rizki halal ladang, kantor maupun tempat dagang merela, pemuda dan anak-anak sebagian pergi menuntuk ilmu agama dan dunia, para ibu rumah tangga sibuk memastikan hidangan tersaji untuk suami dan anak-anak mereka dan mengurusi berbagai aktifitas rumah tangga, tawa riang anak-anak di gendong ibu bapak mereka, MasyaAllah pemandangan yang hampir sempurna.
Biarpun tergolong jau dari perkotaan, tapi warga dimapungku sangat sadar akan pentinganya pendidikan untuk putra putri mereka, buktinya walaupun ada beberapa warga yang kurang mampu akan tetepi putra putri mereka bisa sekolah tinggi. Tidak ketinggalan, warga yang tua-tua juga tidak kalah dalam menuntut ilmu, terutama ilmu agama. Tiap semiggu sekali tetap diadakan pengajian rutin, yang selalu ramai dihadiri para jamaah dari semua kalangan umur. Saya sangat simpati dengan ulama yang mengisi pengajian di kampung saya, selain karna ilmunya (lulusan al-azhar mesir) beliu juga sangat hebat memotivasi warga dikampungku untuk terus menjaga iman dan takqwa.
Tidak ada kekerasan yang terlihat dalam penyelesaian masalah-masalah dikampungku, semua di musyawarahkan di masjid. Masjid menjadi pusat untuk menyelesaikan permasalahan-permasalah yang ada di kampungku. Masjid bisa dikatakan sebagai pusat pemerintahan jika kampungku ditinjau dari bentuk sebuah negara. Oleh karna itu masjid hampir tidak pernah sepi, mulai dari pengajian rutin, shalat berjamaah, berbagai kegiatan sosial, musyawarah dan berbagai kegiatan positif lainnya.
Terakhir saya ingin bercerita tentang gadis-gadis di Kampungku, gadis-gadis cantik berkerudung sopan yang jika dipandang, akan menambah cahaya Iman. Gadis yang sungguh tidak layak jika dijadikan pacar jika ditinjau dari gaya berpacaran akhir zaman. Mereka adalah calon-calon istri setia yang akan melahirkan anak-anak berahklak mulia.
Tidak seperti di kota-kota, gadis-gadisnya sangat bangga memamerkan aurat mereka, sehingga hampir para pemudanya sangat kesulitan menjaga iman dan pandangan mereka.
Demikian sebuah cerita, dari seorang yang sedang bermimpi dan berharap ketika terbangun memiliki cukup daya untuk mewujudkannya.
shalawat and salam to Muhammad saw