Dipinggiran kota besar Taipeh, berdiamlah sepasang suami istri LIEN. Mereka tidak dikarunia seorang anak pun, karena itu mereka merasa hidupnya kurang bahagia. Setiap hari mereka tidak pernah lupa berdoa kepada Thian, Tuhan Yang Maha Esa agar dikarunia seorang anak.
Suatu pagi ketika mereka sedang tidur, mereka dikejutkan oleh tangisan seorang bayi.
Oleh karena itu mereka segera bergegas keluar kamar. Dan betapa terkejutnya mereka ketika membuka pintu rumah. Terlihatlah sebuah keranjang berisi bayi mungil yang tampan sedang menangis. Dengan segera digendongnya bayi itu masuk ke dalam rumah. Bayi itu mereka beri nama SAU LIEN.
Sejak saat itu SAU LIEN tinggal bersama keluarga LIEN. Mereka sangat menyayangi SAU LIEN, bagaikan anak kandung sendiri. Sebagai rasa terima kasih kepada Thian, maka SAU LIEN dididik dan diperlihara dengan baik.
Tahun berganti tahun, tak terasa SAU LIEN telah menjadi seorang pemuda yang perkasa. Dia sangat rajin membantu ayahnya di ladang dan menjual hasilnya ke kota. Pada suatu hari, ketika SAU LIEN sedang bekerja di ladang, datanglah seorang peramal ke rumah keluarga LIEN dan berkata kepada mereka, “Kalian harus menyuruh SAU LIEN segera pergi dari sini, karena suatu saat dia akan menjadi seorang pencuri dan membuat keluarga ini susah”.
Betapa sedih hati mereka mendengar hal itu. Karena mereka begitu percaya pada peramal yang cukup disegani di kampung itu. Setelah peramal itu pergi, mereka menangis tersedu-sedu. “Aku seakan tak percaya pada pendengaranku tadi, tetapi kalau hal ini sungguh terjadi, betapa malunya kita”. Demikian kata LIEN kepada istrinya.
Dengan demikian mereka akhirnya bersepakat menyuruh SAU LIEN pergi dengan membekalinya beberapa helai baju dan uang secukupnya. Perpisahan itu sangatlah mengharukan. Ibu SAU LIEN tak henti-hentinya menangis.
“Sudahlah bu, kalau saya memang harus pergi dari rumah ini tidak apa-apa. Ini kulakukan demi kebaikan kita semua”, kata SAU LIEN sambil memeluk ibunya.
Beberapa tahun kemudian, SAU LIEN bekerja di sebuah kota yang jaraknya beberapa mil dari kota Taipei. Siang itu SAU LIEN makan di sebuah kedai, tasnya diletakkan dilantai. Selesai makan, dia bangun dan mengambil tasnya kembali.
“Hei, ada yang aneh dari tasku ini. Tas ini terasa lebih berat”, pikirnya. Dan betapa terkejut dia, ketika melihat batangan-batangan emas murni di dalam tasnya. Baru ia sadar, bahwa seseorang telah salah mengambil tasnya, yang mungkin serupa dengan tas SAU LIEN.
Akhirnya SAU LIEN mengambil keputusan, dia tidak akan pergi dari kedai itu. Ia tetap di situ sambil makan kue-kue yang ada. Dugaan SAU LIEN tidak meleset, menjelang sore harinya datanglah seorang pemuda sambil berkata. “Siapa yang telah melihat tasku, yang serupa ini di sini? “Teriaknya sambil menunjukkan tasnya yang ternyata sama dengan tas yang dipegang SAU LIEN. SAU LIEN memang anak yang jujur, maka dia segera bangkit dan mendekati pemuda itu.
“Ini tasmu kekumbalikan, kau tadi telah salah mengambil tasku”, kata SAU LIEN. Betapa gembira dan terharunya pemuda itu, dengan serta merta dia memeluk SAU LIEN. “Baru kali ini aku bertemu dengan pemuda sejujur kau, mari kuperkenalkan kau kepada ayahku”, kata pemuda itu.
Ternyata pemuda itu adalah putra dari seorang pengusaha yang berhasil dan kaya. Dengan segera SAU LIEN diberi pekerjaan yang lebih baik. Sebelum mulai bekerja, dia diberi waktu untuk menemui ayah dan ibunya di kampung halamannya dengan dibekali baju, makanan dan uang untuk mereka.
Ayah dan ibunya terkejut bercampur gembira melihat kedatangan SAU LIEN. Ibunya lalu duduk di dekatnya sambil mendengarkan cerita SAU LIEN, dengan rasa haru dan bangga yang tak tertahankan lagi, ibunya segera memeluk tubuh SAU LIEN bagaikan tak akan dilepaskannya lagi.
Dengan demikian cerita SAU LIEN pun menyebar ke seluruh kampungnya dari mulut ke mulut. Betapa malunya peramal itu, sampai akhirnya dia pindah dari kampung tersebut. SAU LIEN tidak saja menjadi putra kebanggaan ayah dan ibunya, tetapi juga merupakan kebanggaan penduduk di kampungnya.
Cerita tentang SAU LIEN seorang anak yang jujur dan berbakti kepada orang tuanya. Tentunya kalian dapat meneladani atau meniru sifat dari SAU LIEN ini. Kejujuran adalah hal yang penting dalam hidup manusia, seperti yang terdapat dalam lima kebajikan yaitu DAPAT DIPERCAYA dan ingatlah sabda Nabi Kongzi, “Bersikap keras kepada diri sendiri dan bersikap lunak kepada orang lain, akan menjauhkan sesalan orang
0 komentar:
Posting Komentar