Perjuangan habis-habisan dan pantang menyerah sampai tetes darah terakhir barangkali tepat untuk menggambarkan perjuangan Rafael Nadal mengalahkan petenis nomor satu dunia, Roger Federer di ajang tennis Wimbledon. Betapa tidak, mereka mencetak rekor permainan tenis terlama dalam sejarah, yakni empat jam 48 menit. Dan, itu pun dengan skor yang sangat ketat, 6-4, 6-4, 6-7, 6-7, dan 9-7.
Selama ini, tepatnya dua musim berturut-turut, Nadal selalu kalah di final Wimbledon oleh Federer. Nadal yang dikenal sebagai jago lapangan tenis tanah liat hanya bisa menang dari Federer di final Perancis Terbuka, yang memang menggunakan lapangan tanah liat. Selebihnya, jika berjumpa di lapangan rumput, hampir selalu dipastikan Federerlah pemenangnya.
Karena itu, kemenangan Nadal atas Federer di Wimbledon ini menjadi sejarah tak terlupakan bagi Rafael Nadal. Sebab, selain bisa mengalahkan musuh bebuyutannya beberapa tahun belakangan, Nadal juga kembali mengharumkan nama negaranya-Spanyol-yang terakhir jadi juara di Wimbledon tahun 1966 atas nama Manuel Santana.
Yang jelas, pertandingan kali itu memang layak disebut sebagai pertarungan tenis abad ini. Betapa tidak, susul menyusul angka, hingga jatuh bangun mewarnai partai yang juga diselingi hujan tersebut. Beberapa kali kejar mengejar angka terjadi, bahkan hingga ke angka kritis. Sang pemenang ditentukan oleh kesiapan dan mental juara serta semangat juang habis-habisan. Meski, yang kalah pun sebenarnya juga punya daya juang yang tak kalah luar biasanya. Terbukti dari selisih angka yang memang sangat tipis. Sungguh, inilah gambaran dari seorang Rafael Nadal yang pantang menyerah mengejar mimpi. Itulah Rafael Nadal, si raja tanah liat yang kini telah berhasil menaklukkan sang maestro lapangan rumput.
"Saya masih tak percaya bisa memenangkan gelar di Wimbledon. Sejak kecil, saya memang memimpikan bermain di sini, tapi untuk jadi juara, itu sangat mengesankan. Apalagi, saya harus bertarung dengan pemain terhebat sepanjang sejarah di turnamen ini dimana saya merasakan kalah di final dua kali berturut-turut sebelumnya oleh pemain yang sama," ujar Nadal usai menang melawan musuh bebuyutannya itu.
Kelahiran 3 Juni 1986 di Manacor, Mallorca, Spanyol ini memang gambaran seorang pejuang sejati. Ia berusaha melawan semua anggapan bahwa ia hanyalah juara tenis di lapangan tanah liat. Nadal pun mati-matian meningkatkan kemampuannya di lapangan rumput. Perjuangannya mencapai puncak dengan keberhasilannya mengalahkan Federer di Wimbledon.
Tapi, tak hanya itu, ia juga berhasil mengukir rekor 32 kali tak terkalahkan dalam berbagai kejuaraan. Meski, akhirnya ia harus mengaku kalah pada petenis Serbia, Novak Djokovic, justru pada puncak di mana ia mampu menggeser tahta Federer sebagai petenis nomor satu dunia 4,5 tahun berturut-turut. Kini, petenis yang mendapat gemblengan sangat keras dari pamannya sejak usia belasan itu, telah memetik hasilnya. Hasil latihan hingga larut malam yang diterapkan pamannya, Toni, kini telah berbuah. Nadal bersiap untuk menggantikan posisi raja tenis pria saat ini.
Sungguh semangat pantang menyerah yang patut diteladani dari sosok Rafael Nadal. Berjuang empat tahun lebih untuk menggapai puncak-raja tenis pria-kini ia berhasil mewujudkan impiannya. Ia pun berjanji tak kan berhenti berjuang demi meraih supremasi di lapangan tenis. Demikian juga kita dalam perjuangan hidup ini, tak boleh berhenti meski telah merasa mendapatkah semua mimpi. Sebab, tantangan demi tantangan lain akan terus menanti untuk menjadikan kita sebagai juara sejati!
Sumber : andriewongso.com
Selama ini, tepatnya dua musim berturut-turut, Nadal selalu kalah di final Wimbledon oleh Federer. Nadal yang dikenal sebagai jago lapangan tenis tanah liat hanya bisa menang dari Federer di final Perancis Terbuka, yang memang menggunakan lapangan tanah liat. Selebihnya, jika berjumpa di lapangan rumput, hampir selalu dipastikan Federerlah pemenangnya.
Karena itu, kemenangan Nadal atas Federer di Wimbledon ini menjadi sejarah tak terlupakan bagi Rafael Nadal. Sebab, selain bisa mengalahkan musuh bebuyutannya beberapa tahun belakangan, Nadal juga kembali mengharumkan nama negaranya-Spanyol-yang terakhir jadi juara di Wimbledon tahun 1966 atas nama Manuel Santana.
Yang jelas, pertandingan kali itu memang layak disebut sebagai pertarungan tenis abad ini. Betapa tidak, susul menyusul angka, hingga jatuh bangun mewarnai partai yang juga diselingi hujan tersebut. Beberapa kali kejar mengejar angka terjadi, bahkan hingga ke angka kritis. Sang pemenang ditentukan oleh kesiapan dan mental juara serta semangat juang habis-habisan. Meski, yang kalah pun sebenarnya juga punya daya juang yang tak kalah luar biasanya. Terbukti dari selisih angka yang memang sangat tipis. Sungguh, inilah gambaran dari seorang Rafael Nadal yang pantang menyerah mengejar mimpi. Itulah Rafael Nadal, si raja tanah liat yang kini telah berhasil menaklukkan sang maestro lapangan rumput.
"Saya masih tak percaya bisa memenangkan gelar di Wimbledon. Sejak kecil, saya memang memimpikan bermain di sini, tapi untuk jadi juara, itu sangat mengesankan. Apalagi, saya harus bertarung dengan pemain terhebat sepanjang sejarah di turnamen ini dimana saya merasakan kalah di final dua kali berturut-turut sebelumnya oleh pemain yang sama," ujar Nadal usai menang melawan musuh bebuyutannya itu.
Kelahiran 3 Juni 1986 di Manacor, Mallorca, Spanyol ini memang gambaran seorang pejuang sejati. Ia berusaha melawan semua anggapan bahwa ia hanyalah juara tenis di lapangan tanah liat. Nadal pun mati-matian meningkatkan kemampuannya di lapangan rumput. Perjuangannya mencapai puncak dengan keberhasilannya mengalahkan Federer di Wimbledon.
Tapi, tak hanya itu, ia juga berhasil mengukir rekor 32 kali tak terkalahkan dalam berbagai kejuaraan. Meski, akhirnya ia harus mengaku kalah pada petenis Serbia, Novak Djokovic, justru pada puncak di mana ia mampu menggeser tahta Federer sebagai petenis nomor satu dunia 4,5 tahun berturut-turut. Kini, petenis yang mendapat gemblengan sangat keras dari pamannya sejak usia belasan itu, telah memetik hasilnya. Hasil latihan hingga larut malam yang diterapkan pamannya, Toni, kini telah berbuah. Nadal bersiap untuk menggantikan posisi raja tenis pria saat ini.
Sungguh semangat pantang menyerah yang patut diteladani dari sosok Rafael Nadal. Berjuang empat tahun lebih untuk menggapai puncak-raja tenis pria-kini ia berhasil mewujudkan impiannya. Ia pun berjanji tak kan berhenti berjuang demi meraih supremasi di lapangan tenis. Demikian juga kita dalam perjuangan hidup ini, tak boleh berhenti meski telah merasa mendapatkah semua mimpi. Sebab, tantangan demi tantangan lain akan terus menanti untuk menjadikan kita sebagai juara sejati!
Sumber : andriewongso.com
0 komentar:
Posting Komentar