Mungkin Anda bertanya, apa hubungannya gempa bumi dengan introspeksi diri? Kalau kita anggap Gempa Bumi yang terjadi kemarin berskala 7.3 SR dan diperkirakan terjadi 142 km barat daya Tasikmalaya pada pukul 14:55 WIB dimana guncangannya terasa hampir keseluruh bumi Jawa Barat ini, tak terkecuali, dari Jakarta sampai Jogja, bila kita anggap sebagai kejadian alam biasa, itu memang benar karena wilayah Indonesia khususnya Secara geologik, pulau Jawa merupakan kawasan episentrum gempa bumi karena dilintasi oleh patahan kerak bumi lanjutan patahan kerak bumi dari pulau Sumatera, yang berada dilepas pantai selatan pulau Jawa. Posisi Indonesia yang terletak di antara pertemuan tiga lempeng bumi yang besar yaitu Eurasia, Samudra Pasifik, dan Indo-Australia membuat perairan laut di sekitar kita sering mengalami gempa bumi dan kita akan selalu dituntut siap mengadapi bencana ini.
Tetapi jika kita lihat dari sisi masyarakat secara umum, ketika kemarin pada saat kejadian gempa masih mengguncang bumi, semua orang berhamburan keluar, mencari tempat yang agak luas atau lapangan, karena takut rumah-rumah roboh. Saat itu saya berada di Purwakarta bersama penduduk desa, terasa aroma mencekam, bagaimana tidak, banyak ibu-ibu yang membawa anak kecil dan para orang tua yang sudah lanjut usia berhamburan keluar rumah sambil tak henti-hentinya berzikir, menyebut dan mengagungkan Nama Allah, terlihat jelas raut kepanikan di wajah mereka, Cuma ada kejadian yang sempat membuat saya sedikit geli melihat seorang pemuda yang saya kenal sebagi preman dikampung itu, yang setahu saya anti-agama dan anti segala hal yang berbau religius. Apa dinyana, ketika gempa terjadi ia pun keluar bersama penduduk lainnya, dan mulutnya bezikir juga Ya Alah, Allahu Akbar! Ternyata takut juga ya.
Hingga ketika gempa mulai mereda, saat dirasa semuanya tenang, mungkin disitulah semua berpikir tentang sebuah kekuatan Yang Maha Besar, tak seorangpun yang bisa menghentikan kekuatan besar seperti itu dan kita ternyata masih sangat kecil dan tak berarti apa-apa dibandingkan dengan kekuatannya. Hatipun mengakui Maha Besar Allah.
Gempa bumi dan berbagai kejadian alam hanyalah cara atau alat saja bagi Allah, mungkin untuk mengingatkan kita di bulan suci Ramadahan ini. Bukan niat saya menghubung-hubungkan kejadian ini dengan suatu kepercayaan suatu agama, hanya kalau boleh sedikit memberikan opini dari orang yang sedikit ilmu ini, adakah orangnya yang tidak takut akan datang suatu musibah bahkan kematian? Saya yakin siapapun orangnya dan meskipun seorang yang tidak percaya akan Tuhan sekalipun, mereka akan takut dan khawatir jika terjadi musibah atau kematian. Sedangkan musibah dan kematian disetiap agama manapun hanya Tuhanlah yang menentukan. Setiap orang khawatir akan keselamatan keluarganya, mungkin beruntunglah bagi kita yang selamat dari gempa bumi ini, tapi bagaimana dengan mereka yang rumahnya rusak bahkan ditinggal mati orang yang dicintainya?
Sudah sewajarnya jika kita mentafakuri kejadian ini dan merenungkannya sebagi bahan introspeksi kedalam hati kita sejauh mana amal ibadah kita selama ini, Bahwasanya tak ada kekuatan yang lebih besar selain Allah, manusia sungguh sangat begitu kecilnya jika dihadapkan pada kekeuatan alam seperti itu. Coba saja kita bayangkan bagaimana jika gempa itu terus memerus tidak berhenti? Mungkin kerusakan dan musibah yang lebih besar terjadi. Sanggupkah kita bertahan dari guncangan yang terus menerus hingga menghancurkan segala yang ada?
Berkaca dari kejadian kemarin, memang sudah selayaknya kita tetap selalu mengingat Allah SWT dimanapun dan kapankun kita berada karena yang namanya musibah seperti gempa bumi bahkam musibah lain, ternyata selalu terjadi secara tiba-tiba tanpa peringatan terlebih dahulu dan hingga saat ini belum ada metode pendugaan secara akurat akan terjadinya gempa bumi.
Marilah kita bersama-sama memaknai kejadian ini untuk kita hidup menjadi lebih baik lagi dalam setiap rangkaian kerja dan doa yang kita lakukan sehari-hari sebagai ibadah kita hanya kepadaNya. Ingatlah bahwa kejadian ini sakali lagi bisa terjadi secara tiba-tiba. Saya pribadi mendoakan saudara-saudara kita yang meninggal semoga amal ibadahnya di terima di sisi Allah SWT dan bagi yang ditinggal atau pun yang kehilangan rumah semoga diberikan kesabaran. Amin.
Tetapi jika kita lihat dari sisi masyarakat secara umum, ketika kemarin pada saat kejadian gempa masih mengguncang bumi, semua orang berhamburan keluar, mencari tempat yang agak luas atau lapangan, karena takut rumah-rumah roboh. Saat itu saya berada di Purwakarta bersama penduduk desa, terasa aroma mencekam, bagaimana tidak, banyak ibu-ibu yang membawa anak kecil dan para orang tua yang sudah lanjut usia berhamburan keluar rumah sambil tak henti-hentinya berzikir, menyebut dan mengagungkan Nama Allah, terlihat jelas raut kepanikan di wajah mereka, Cuma ada kejadian yang sempat membuat saya sedikit geli melihat seorang pemuda yang saya kenal sebagi preman dikampung itu, yang setahu saya anti-agama dan anti segala hal yang berbau religius. Apa dinyana, ketika gempa terjadi ia pun keluar bersama penduduk lainnya, dan mulutnya bezikir juga Ya Alah, Allahu Akbar! Ternyata takut juga ya.
Hingga ketika gempa mulai mereda, saat dirasa semuanya tenang, mungkin disitulah semua berpikir tentang sebuah kekuatan Yang Maha Besar, tak seorangpun yang bisa menghentikan kekuatan besar seperti itu dan kita ternyata masih sangat kecil dan tak berarti apa-apa dibandingkan dengan kekuatannya. Hatipun mengakui Maha Besar Allah.
Gempa bumi dan berbagai kejadian alam hanyalah cara atau alat saja bagi Allah, mungkin untuk mengingatkan kita di bulan suci Ramadahan ini. Bukan niat saya menghubung-hubungkan kejadian ini dengan suatu kepercayaan suatu agama, hanya kalau boleh sedikit memberikan opini dari orang yang sedikit ilmu ini, adakah orangnya yang tidak takut akan datang suatu musibah bahkan kematian? Saya yakin siapapun orangnya dan meskipun seorang yang tidak percaya akan Tuhan sekalipun, mereka akan takut dan khawatir jika terjadi musibah atau kematian. Sedangkan musibah dan kematian disetiap agama manapun hanya Tuhanlah yang menentukan. Setiap orang khawatir akan keselamatan keluarganya, mungkin beruntunglah bagi kita yang selamat dari gempa bumi ini, tapi bagaimana dengan mereka yang rumahnya rusak bahkan ditinggal mati orang yang dicintainya?
Sudah sewajarnya jika kita mentafakuri kejadian ini dan merenungkannya sebagi bahan introspeksi kedalam hati kita sejauh mana amal ibadah kita selama ini, Bahwasanya tak ada kekuatan yang lebih besar selain Allah, manusia sungguh sangat begitu kecilnya jika dihadapkan pada kekeuatan alam seperti itu. Coba saja kita bayangkan bagaimana jika gempa itu terus memerus tidak berhenti? Mungkin kerusakan dan musibah yang lebih besar terjadi. Sanggupkah kita bertahan dari guncangan yang terus menerus hingga menghancurkan segala yang ada?
Berkaca dari kejadian kemarin, memang sudah selayaknya kita tetap selalu mengingat Allah SWT dimanapun dan kapankun kita berada karena yang namanya musibah seperti gempa bumi bahkam musibah lain, ternyata selalu terjadi secara tiba-tiba tanpa peringatan terlebih dahulu dan hingga saat ini belum ada metode pendugaan secara akurat akan terjadinya gempa bumi.
Marilah kita bersama-sama memaknai kejadian ini untuk kita hidup menjadi lebih baik lagi dalam setiap rangkaian kerja dan doa yang kita lakukan sehari-hari sebagai ibadah kita hanya kepadaNya. Ingatlah bahwa kejadian ini sakali lagi bisa terjadi secara tiba-tiba. Saya pribadi mendoakan saudara-saudara kita yang meninggal semoga amal ibadahnya di terima di sisi Allah SWT dan bagi yang ditinggal atau pun yang kehilangan rumah semoga diberikan kesabaran. Amin.
0 komentar:
Posting Komentar