Ada apakah dengan mu Indonesia ku? Entahlah apa yang sedang terjadi dengan Negara ini, kejadian Ledakan bom di hotel JW Marriot dan Ritz Cartlon Jumat pagi kemarin jam 7.45 dan 7.48 WIB telah mencoreng kembali citra Indonesia dimata dunia. Sepertinya tak pernah berhenti kejadian demi kejadian dan musibah terus mencoba negeri ini. Jika datangnya musibah yang memang diluar kekuasaan kita sebagai manusia rasanya kita tidak akan meradang dan kita anggap sebagai bentuk teguran dari Yang Maha Kuasa, tapi jika akibat ulah perbuatan segelintir manusia tak beradab tidak terkait agama manapun, bangsa ini sudah bisa melihat, siapa yang berjuang untuk jihad di jalan Allah, dan siapa yang berjuang untuk syetan. Negeri ini masih negeri muslim walaupaun tatanan dan undang-undang yang berlaku bukan syariat Islam karena sebuah kesalahan masa lalu, kita harus akui itu dan siapapun penyerangnya yang jelas adalah telah amat sangat mengganggu ketentraman dan kedamaian di negeri ini dan telah melukai semua umat Islam di Indonesia.
Banyak dugaan mengenai serangan bom ini, dengan sasaran korban WNA tentunya ada motif publikasi internasional tentang adanya terorisme di Indonesia, meskipun akhir-akhir ini Indonesia dipuji karena kinerja polisi antiterornya yang cukup banyak berhasil mengungkap jaringan teroris, tentunya kondisi ini akan sangat merugikan posisi Indonesia karena bisa jadi akan banyak bermunculan travel warning dari berbagai negara luar dan kepercayaan intenasional kembali tercerabut dari akarnya dengan insiden ini. Sepertinya motif publikasi mereka cukup berhasil ditambah dengan momen rencana kedatangan Manchester United ke Jakarta sehingga tak pelak menjadi sorotan dunia dan jelas merupakan tamparan keras bagi kita.
Apakah ini sebuah realita yang ada di Indonesiaku sebagai bentuk menutupi satu masalah dengan masalah baru atau sebuah kelengahan para aparat kita yang menganggap bahwa kita telah aman dari serangan teroris seperti itu? Sesungguhnya tidak ada satu negarapun yang akan bebas sepenuhnya dari berbagai ancaman termasuk teroris, apalagi di negara kita kesenjangan sosial yang masih jauh sehingga orang lebih mudah melakukan hal-hal konyol dengan dibalut pakaian jihad dan syahid yang bukan pada tempatnya hingga membabi buta. Bahwa sebenarnyalah mereka orang-orang frustasi dengan kehidupan, Keyakinan yang sesat akibat doktrin dan pengaruh kata-kata yang sangat kuat dan besar pengaruhnya.
Masalahanya mungkin pada tingkat kewaspadaan di tingkat intelejen. Teroris semakin pintar Aparat keamanan dan intelejen harus lebih pintar dan masyarakat diharapkan dapat saling membantu karena ini adalah masalah bersama menyangkut ketentraman hidup orang banyak.
Bunuh diri akibat Double Bind
Disepanjang sejarah kita telah temui kekerasan, penindasan, kerusuhan bahkan perang yang saya anggap adalah akibat dari sebuah pengaruh doktrin lebih dalam lagi adalah doktrin dengan bahasa yang berawal dri ketidakpuasan, lebih dahsyat lagi dengan membawa isyu keyakinan sebuah Agama yang sangat sensitif.
Sepertinya tak ada pilihan lain untuk membuat hidup lebih bermakna dan mulia selain bunuh diri karena sebuah pilihan yang tak bisa diatasi dimana dua pilihan yang bertentangan, atau sama-sama buruk, disodorkan oleh sosok seorang penguasa kepada korban yang tidak menyadarinya. Hal itu bisa menyebabkan perasaan tertekan yang parah atau bahkan penyakit kejiwaan. "Salah jika kalian melakukannya, salah jika kalian tidak melakukannya". Istilahnya di sebut Double bind atau definisi yang lebih umum adalah pengajuan dua pilihan yang buruk- yang satu dipoles supaya terlihat lebih baik untuk mempengaruhi perilaku. Intinya adalah ketidak mampuan korban untuk melihat maksud dibaliknya.
Kata-kata bahkan lebih kuat dari yang anda bayangkan. Pada tahun 1977, seorang pendeta bernama Jim Jones menciptakan kata-kata yang meyakinkan 1.000 orang pengikutnya untuk meninggalkan rumah mereka di Amerika serikat dan membentuk komunitas Religius di “Jonestown” Guyana.
Pada tahun 1978, Jim Jones menciptakan kata-kata lain yang meyakinkan 914 dari 1.000 orang untuk mengakhiri kehidupan mereka dengan minum Kool-Aid rasa anggur bercampur racun sianida.
Double Bind mereka adalah : Hadapi kejahatan dunia luar atau minum Kool-Aid ini dan dapatkan keselamatan.
Jika ditarik benang merah dengan kejadian kejadian seperti itu termasuk kejadian Bom Bunuh diri dari mulai serangan WTC, bom Bali dan serangan-serangan lain di berbagai Negara termasuk yang terkahir di JW Marriot walaupun dengan kelompok, agama, waktu dan tempat yang berbeda ternyata ada banyak kesamaan yaitu sebuah motif dari sebuah keyakinan yang dianggapnya adalah suatu kebenaran mutlak. Benarkah…? Wallahu a’lam.
Inilah realita sebenarnya yang ada di dunia ini, selalu akan terjadi dan bisa terus terjadi. Aroma dendam dan banyak pengaruh serta penyimpangan berbagai ayat sejak berabad abad lalu akan selalu menghiasi jiwa-jiwa umat manusia, ketidakpuasan, pembenaran dan nafsu dan keserakahan adalah bagian darinya, bahkan jauh sebelum istilah homo homini lupus muncul (manusia adalah serigala bagi yang lainya), Semenjak Adam diturunkan ke dunia, Qabil telah membunuh Habil untuk satu alasan ketidakpuasaan dan hawa nafsu.
Hanya saja sekarang ini sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang mengharapkan kedamaian dan ketenangan hidup di bumi pertiwi ini, merasa prihatin atas duka, jeritan histeris, isak tangis, ketegangan, hiruk-pikuk, dan banyak lagi yang dapat mengingatkan kita kembali dimasa-masa lalu. Selalu saja pada akhirnya muncul pertanyaan , kenapa ini harus terjadi apakah karena diskriminasi?, kecemburuan sosial, atau memang orangnya yang tak punya sedikit saja hati nurani sehingga dengan bangganya mereka melakukan tindakan tak beradab. Marilah kita berdiam sejenak, mengkoreksi diri kita masing-masing dan mohon ampun kepada Allah SWT. Semoga hari-hari kedepan semakin baik dan negeri ini mendapatkan kedamaiannya kembali.
Semoga.
Banyak dugaan mengenai serangan bom ini, dengan sasaran korban WNA tentunya ada motif publikasi internasional tentang adanya terorisme di Indonesia, meskipun akhir-akhir ini Indonesia dipuji karena kinerja polisi antiterornya yang cukup banyak berhasil mengungkap jaringan teroris, tentunya kondisi ini akan sangat merugikan posisi Indonesia karena bisa jadi akan banyak bermunculan travel warning dari berbagai negara luar dan kepercayaan intenasional kembali tercerabut dari akarnya dengan insiden ini. Sepertinya motif publikasi mereka cukup berhasil ditambah dengan momen rencana kedatangan Manchester United ke Jakarta sehingga tak pelak menjadi sorotan dunia dan jelas merupakan tamparan keras bagi kita.
Apakah ini sebuah realita yang ada di Indonesiaku sebagai bentuk menutupi satu masalah dengan masalah baru atau sebuah kelengahan para aparat kita yang menganggap bahwa kita telah aman dari serangan teroris seperti itu? Sesungguhnya tidak ada satu negarapun yang akan bebas sepenuhnya dari berbagai ancaman termasuk teroris, apalagi di negara kita kesenjangan sosial yang masih jauh sehingga orang lebih mudah melakukan hal-hal konyol dengan dibalut pakaian jihad dan syahid yang bukan pada tempatnya hingga membabi buta. Bahwa sebenarnyalah mereka orang-orang frustasi dengan kehidupan, Keyakinan yang sesat akibat doktrin dan pengaruh kata-kata yang sangat kuat dan besar pengaruhnya.
Masalahanya mungkin pada tingkat kewaspadaan di tingkat intelejen. Teroris semakin pintar Aparat keamanan dan intelejen harus lebih pintar dan masyarakat diharapkan dapat saling membantu karena ini adalah masalah bersama menyangkut ketentraman hidup orang banyak.
Bunuh diri akibat Double Bind
Disepanjang sejarah kita telah temui kekerasan, penindasan, kerusuhan bahkan perang yang saya anggap adalah akibat dari sebuah pengaruh doktrin lebih dalam lagi adalah doktrin dengan bahasa yang berawal dri ketidakpuasan, lebih dahsyat lagi dengan membawa isyu keyakinan sebuah Agama yang sangat sensitif.
Sepertinya tak ada pilihan lain untuk membuat hidup lebih bermakna dan mulia selain bunuh diri karena sebuah pilihan yang tak bisa diatasi dimana dua pilihan yang bertentangan, atau sama-sama buruk, disodorkan oleh sosok seorang penguasa kepada korban yang tidak menyadarinya. Hal itu bisa menyebabkan perasaan tertekan yang parah atau bahkan penyakit kejiwaan. "Salah jika kalian melakukannya, salah jika kalian tidak melakukannya". Istilahnya di sebut Double bind atau definisi yang lebih umum adalah pengajuan dua pilihan yang buruk- yang satu dipoles supaya terlihat lebih baik untuk mempengaruhi perilaku. Intinya adalah ketidak mampuan korban untuk melihat maksud dibaliknya.
Kata-kata bahkan lebih kuat dari yang anda bayangkan. Pada tahun 1977, seorang pendeta bernama Jim Jones menciptakan kata-kata yang meyakinkan 1.000 orang pengikutnya untuk meninggalkan rumah mereka di Amerika serikat dan membentuk komunitas Religius di “Jonestown” Guyana.
Pada tahun 1978, Jim Jones menciptakan kata-kata lain yang meyakinkan 914 dari 1.000 orang untuk mengakhiri kehidupan mereka dengan minum Kool-Aid rasa anggur bercampur racun sianida.
Double Bind mereka adalah : Hadapi kejahatan dunia luar atau minum Kool-Aid ini dan dapatkan keselamatan.
Jika ditarik benang merah dengan kejadian kejadian seperti itu termasuk kejadian Bom Bunuh diri dari mulai serangan WTC, bom Bali dan serangan-serangan lain di berbagai Negara termasuk yang terkahir di JW Marriot walaupun dengan kelompok, agama, waktu dan tempat yang berbeda ternyata ada banyak kesamaan yaitu sebuah motif dari sebuah keyakinan yang dianggapnya adalah suatu kebenaran mutlak. Benarkah…? Wallahu a’lam.
Inilah realita sebenarnya yang ada di dunia ini, selalu akan terjadi dan bisa terus terjadi. Aroma dendam dan banyak pengaruh serta penyimpangan berbagai ayat sejak berabad abad lalu akan selalu menghiasi jiwa-jiwa umat manusia, ketidakpuasan, pembenaran dan nafsu dan keserakahan adalah bagian darinya, bahkan jauh sebelum istilah homo homini lupus muncul (manusia adalah serigala bagi yang lainya), Semenjak Adam diturunkan ke dunia, Qabil telah membunuh Habil untuk satu alasan ketidakpuasaan dan hawa nafsu.
Hanya saja sekarang ini sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang mengharapkan kedamaian dan ketenangan hidup di bumi pertiwi ini, merasa prihatin atas duka, jeritan histeris, isak tangis, ketegangan, hiruk-pikuk, dan banyak lagi yang dapat mengingatkan kita kembali dimasa-masa lalu. Selalu saja pada akhirnya muncul pertanyaan , kenapa ini harus terjadi apakah karena diskriminasi?, kecemburuan sosial, atau memang orangnya yang tak punya sedikit saja hati nurani sehingga dengan bangganya mereka melakukan tindakan tak beradab. Marilah kita berdiam sejenak, mengkoreksi diri kita masing-masing dan mohon ampun kepada Allah SWT. Semoga hari-hari kedepan semakin baik dan negeri ini mendapatkan kedamaiannya kembali.
Semoga.
0 komentar:
Posting Komentar