Nama lengkapnya Andy Flores Noya. berambut kribo dan cara bertanya yang begitu bersahaja dengan percakapan sehari-hari menjadikan acara Kick Andy yang dipandunya memiliki karakter tersendiri, berbeda dengan acara talk show di televisi lain.
Kadang Andy larut dalam acara yang dibawakannya. Proses perjalanan Andy sebagai seorang wartawan penuh dengan liku-liku, yang menurutnya sangat menarik. Andy sebenarnya orang teknik, begitu lulus SD sang timur Di Malang, Jawa Timur, pria kelahiran Surabaya ini melanjutkan sekolah di Sekolah Teknik lalu ke STM Jayapura. Tidak sampe tamat, dia pindah ke jakarta dan melanjutkan ke STM 6 Jakarta.
Tetapi sejak kecil dia sangat jatuh cinta pada dunia tulis-menulis. Kemampuannya menggambar kartun dan karikatur semakin membuatnya memilih dunia tulis menulis sebagai jalan hidupnya. Oleh sebab itu begitu lulus STM, walau mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke IKIP Padang, Andy memilih mendaftar ke Sekolah Tinggi Publisistik (sekarang Institut Ilmu Sosial dan Politik Jakarta). Sebenarnya Andy tidak diterima kuliah di perguruan tinggi tersebut sebab kampus tidak menerima lulusan STM.
Karena tekdnya menjadi wartawan sudah sedemikian membara, akhirnya Andy "Naik banding" dan menemui Rektor Sekolah Tinggi Publisistik Ali Mochtar Hoeta Soehoet. Kepada sang rektor Andy Noya mengungkapkan suara hatinya. Akhirnya sang rektor menyerah dan memberikan kesempatan kepada Andy untuk ikut tes masuk, dengan catatan (syarat) dia harus minta surat rekomendasi dari Dirjen Pendidikan Tinggi. Selain itu, apabila dikemudian hari Andy nilai mata kuliahnya jelek, apa boleh buat, dia harus keluar. Ternyata prestasi Andy Bagus dan kuliahpun berlanjut.
Pertama kali terjun sebagai wartawan dimulai pada 1985 ketika Andy diminta untuk membatu majalah TEMPO sebagai reporter guna penerbitan buku "Apa dan Siapa orang Indonesia". Pekerjaan itu dilakukan pemuda berdarah ambon jawa dan belanda ini sambil kuliah. Pagi sampai siang wawancara orang, sore sampai malam kuliah. Begitu setiap hari.
Pada saat harian ekonomi Bisnis Indonesia akan terbit (1985), Andy diajak bergabung oleh Lukman Setiawan, Pemimpin di Grafitipers, salah saty anak usaha TEMPO. Maka Andy tercata sebagai sembilan belas reporter pertama di hariau itu. Baru dua tahun di Bisnis Indonesia, Andy diajak Fikri Jufri (waktu itu pimpinan perusahaan majalah TEMPO dan pemred majalah MATRA), untuk memperkuat majalah MATRA yang beru diterbitkan oleh TEMPO. Andy tertarik lalu gabung.
Pada 1992 datang tawaran dari Surya Paloh, pemilih suratkabar Prioritas yang watku itu dibtredel, untuk bergabung dengan koran MEdia Indonesia yang dipimpinnya. Maka sejak itu ANdy kembali ke suratkabar.
Selain media cetak, situasi rupanya mengharuskan Andy Noya untuk menekuni media elektronik. Pada tahun 1999, RCTI menghadapi masalah menyusul adanya gejolak di kalangan wartawan program berita Seputar Indonesia berkaitan dengan adanya ketentuan yang mengharuskan PT. SIndo, anak perusahaan RCTI yang menaungi seputar indonesia, untuk bergabung dengan RCTI sebagai induk. Bersama wartawan senior Djafar Assegaff, Andy ditugasi untuk membantu RCTI. Tugas utamanya adalah memimpin Seputar Indonesia sekaligus memuluskan proses transisi RCTI.
Menyusul setelah itu, tepatnya tahun 2000, Metro TV mendapat izin siaran. Surya Paloh memanggil Andy kembali untuk memimpin Metro TV sebagai pemimpin redaksi. Tiga tahun kemudian (2003) Andy ditarik kembali ke media indonesia dan menjadi pemimpin redaksi di suratkabar umum terbesar kedua itu. Memimpin di suratkabar ini, Andy Noya banyak melakukan inovasi. Waktu itu pemimpin redaksi Metro TV dijabat oleh Don Bosco Salamun.
Selama di media indonesia, Andy juga pernah menjadi host porgram jakarta round up di radio trijaya fm dan jakarta first channel di radio yang sama selama lima tahun (1994-1999).
Tahun 2006 pemimpin redaksi Metro TV Don Bosco Salamun mengundurkan diri. Andy Noya yang waktu itu menjadi wakit pemimpin umum di media indonesia, diminta merangkap menjadi pemimpin redaksi di Metro TV menggantikan Dosn Bosco Salamun.
Sewaktu mahasiswa, lelaki yang gemar renang dan membaca ini rajin menulis di berbagai majalah dan suratkabar, terutama cerpen dan puisi. Dia juga aktif mengirim karikatur dan kartun ke berbagai media. Di tangannya, pena seakan menari, menjadi tulisan indah dan berisi.
Andy Noya bukan berasal dari kalangan keluarga berkecukupan. "Saya memang terlahir dari keluarga yang ekonominya pas-pasan. Ayah saya seorang montir mesin ketik dan ibu tukang jahit," ungkap Andy.
Kini Andy Noya hadir setiap Hari Kamis pukul 22.05-23.00 WIB menjadi host sebuah acara di Metro TV yang untuk menontonya tidak cukup hanya dengan mata dan pikiran, tapi harus dengan hati, dan disinilah letak kekuatan kick Andy.
Kadang Andy larut dalam acara yang dibawakannya. Proses perjalanan Andy sebagai seorang wartawan penuh dengan liku-liku, yang menurutnya sangat menarik. Andy sebenarnya orang teknik, begitu lulus SD sang timur Di Malang, Jawa Timur, pria kelahiran Surabaya ini melanjutkan sekolah di Sekolah Teknik lalu ke STM Jayapura. Tidak sampe tamat, dia pindah ke jakarta dan melanjutkan ke STM 6 Jakarta.
Tetapi sejak kecil dia sangat jatuh cinta pada dunia tulis-menulis. Kemampuannya menggambar kartun dan karikatur semakin membuatnya memilih dunia tulis menulis sebagai jalan hidupnya. Oleh sebab itu begitu lulus STM, walau mendapat beasiswa untuk melanjutkan ke IKIP Padang, Andy memilih mendaftar ke Sekolah Tinggi Publisistik (sekarang Institut Ilmu Sosial dan Politik Jakarta). Sebenarnya Andy tidak diterima kuliah di perguruan tinggi tersebut sebab kampus tidak menerima lulusan STM.
Karena tekdnya menjadi wartawan sudah sedemikian membara, akhirnya Andy "Naik banding" dan menemui Rektor Sekolah Tinggi Publisistik Ali Mochtar Hoeta Soehoet. Kepada sang rektor Andy Noya mengungkapkan suara hatinya. Akhirnya sang rektor menyerah dan memberikan kesempatan kepada Andy untuk ikut tes masuk, dengan catatan (syarat) dia harus minta surat rekomendasi dari Dirjen Pendidikan Tinggi. Selain itu, apabila dikemudian hari Andy nilai mata kuliahnya jelek, apa boleh buat, dia harus keluar. Ternyata prestasi Andy Bagus dan kuliahpun berlanjut.
Pertama kali terjun sebagai wartawan dimulai pada 1985 ketika Andy diminta untuk membatu majalah TEMPO sebagai reporter guna penerbitan buku "Apa dan Siapa orang Indonesia". Pekerjaan itu dilakukan pemuda berdarah ambon jawa dan belanda ini sambil kuliah. Pagi sampai siang wawancara orang, sore sampai malam kuliah. Begitu setiap hari.
Pada saat harian ekonomi Bisnis Indonesia akan terbit (1985), Andy diajak bergabung oleh Lukman Setiawan, Pemimpin di Grafitipers, salah saty anak usaha TEMPO. Maka Andy tercata sebagai sembilan belas reporter pertama di hariau itu. Baru dua tahun di Bisnis Indonesia, Andy diajak Fikri Jufri (waktu itu pimpinan perusahaan majalah TEMPO dan pemred majalah MATRA), untuk memperkuat majalah MATRA yang beru diterbitkan oleh TEMPO. Andy tertarik lalu gabung.
Pada 1992 datang tawaran dari Surya Paloh, pemilih suratkabar Prioritas yang watku itu dibtredel, untuk bergabung dengan koran MEdia Indonesia yang dipimpinnya. Maka sejak itu ANdy kembali ke suratkabar.
Selain media cetak, situasi rupanya mengharuskan Andy Noya untuk menekuni media elektronik. Pada tahun 1999, RCTI menghadapi masalah menyusul adanya gejolak di kalangan wartawan program berita Seputar Indonesia berkaitan dengan adanya ketentuan yang mengharuskan PT. SIndo, anak perusahaan RCTI yang menaungi seputar indonesia, untuk bergabung dengan RCTI sebagai induk. Bersama wartawan senior Djafar Assegaff, Andy ditugasi untuk membantu RCTI. Tugas utamanya adalah memimpin Seputar Indonesia sekaligus memuluskan proses transisi RCTI.
Menyusul setelah itu, tepatnya tahun 2000, Metro TV mendapat izin siaran. Surya Paloh memanggil Andy kembali untuk memimpin Metro TV sebagai pemimpin redaksi. Tiga tahun kemudian (2003) Andy ditarik kembali ke media indonesia dan menjadi pemimpin redaksi di suratkabar umum terbesar kedua itu. Memimpin di suratkabar ini, Andy Noya banyak melakukan inovasi. Waktu itu pemimpin redaksi Metro TV dijabat oleh Don Bosco Salamun.
Selama di media indonesia, Andy juga pernah menjadi host porgram jakarta round up di radio trijaya fm dan jakarta first channel di radio yang sama selama lima tahun (1994-1999).
Tahun 2006 pemimpin redaksi Metro TV Don Bosco Salamun mengundurkan diri. Andy Noya yang waktu itu menjadi wakit pemimpin umum di media indonesia, diminta merangkap menjadi pemimpin redaksi di Metro TV menggantikan Dosn Bosco Salamun.
Sewaktu mahasiswa, lelaki yang gemar renang dan membaca ini rajin menulis di berbagai majalah dan suratkabar, terutama cerpen dan puisi. Dia juga aktif mengirim karikatur dan kartun ke berbagai media. Di tangannya, pena seakan menari, menjadi tulisan indah dan berisi.
Andy Noya bukan berasal dari kalangan keluarga berkecukupan. "Saya memang terlahir dari keluarga yang ekonominya pas-pasan. Ayah saya seorang montir mesin ketik dan ibu tukang jahit," ungkap Andy.
Kini Andy Noya hadir setiap Hari Kamis pukul 22.05-23.00 WIB menjadi host sebuah acara di Metro TV yang untuk menontonya tidak cukup hanya dengan mata dan pikiran, tapi harus dengan hati, dan disinilah letak kekuatan kick Andy.
0 komentar:
Posting Komentar