Suatu hari, Pony kecil berangkat dari rumah dengan hati yang sangat gembira menuju ke rumah nenek. Di perjalanan, Pony kecil harus menyebrangi sungai yang terbentang di antara rumahnya dan nenek, agar dapt tiba di rumah nenek. Pony kecil merasa gundah, apakah aman jika ia menyebrangi sungai tersebut.
"Jika saya tidak menyebrangi sungai ini maka tidak dapat tiba di rumah nenek. Saya sangat rindu dengan nenek. Apa yang seharusnya saya lakukan?" tanyanya dalam hati yang dipenuhi rasa tidak yakin untuk menyebrangi sungai.
Secara kebetulan, seekor kerbau tua datang ke tepian sungai untuk minum air. Tanpa membuang waktu yang ada pony kecil pun bertanya, “Paman Kerbau. Saya ingin ke sebrang sungai. Apakah sungai ini airnya dalam?”
“Oh, Pony kecil. Air sungai ini sangatlah dangkal. Kamu dapat menyebranginya dengan sangat mudah. Paman sehari menyebrangi sungai ini dua kali,” jawab Sang Kerbau.
Pony sangat gembira mendengarkan penjelasan kerbau dan segera bersiap-siap menyebrangi sungai setelah mengucapkan terima kasih kepada paman kerbau. Baru saja kaki kiri hendak menyentuh air sungai, tiba-tiba,
“JANGAN!”
“BERHENTI!”
“BAHAYA!”
“Jangan menyebrangi sungai itu sobatku, airnya sangat dalam. Kemarin almarhum adikku mencoba menyebrangi sungai tersebut. Alhasil adikku tenggelam dan jasatnya tidak dapat ditemukan samapi hari ini.”
“Janganlah kau sebrangi sungai itu. Sayangilah nyawamu yang berharga, Sobat. Cukup adikku yang menjadi korban sungai yang ganas ini. Janganlah kau ulangi perkiraan almarhum adikku yang meleset itu.” jelas tupai kecil yang dengan tiba-tiba muncul dari ranting pohon di pinggiran sungai.
Jantung pony kecil berdetak kencang. Rasa gundah, takut dan bingung menyelimuti dirinya setelah mendengar cerita sobat tupai. Hatinya gundah, serba salah. Keingian menemui nenek sangat besar tapi apa daya hati begitu risau akan keselamatan diri sendiri.
Akhirnya pony kecil memutuskan untuk pulang ke rumah.
Setibanya di rumah, dengan rasa gundah dan ingin tau yang masih merekat di hatinya, langsung ditemuinya� ibu dan bertanya, “ Ma, Paman Kerbau mengatakan bahwa air sungai yang membelah daratan seberang sangat dangkal tetapi mengapa Sobat Tupai mengatakan hal yang sebaliknya. Sungai sangat dalam. Dan kemarin adik Sobat Tupai menjadi korban kedalaman sungai itu.”
“Sebenarnya yang benar yang mana, Ma?” “Jika saya tidak menyebrangi sungai itu, bagaimana bisa saya menemui nenek yang sangat saya rindukan. Pony benar-benar sangat rindu dan ingin sekali bertemu dengan nenek.”
“Anakku, tidakkah kamu perhatikan? Paman Kerbau tubuhnya besar dan kekar. Tentu saja air sungai sangat dangkal bagi beliau. Tidak menjadi masalah berapa kalipun beliau ingin menyebranginya. Lihatlah Sobat Tupai yang bertubuh kecil mungil dan tidak dapat berenang. Coba kamu banyangkan, air sungai yang dikatakan Paman dangkal pastilah sangat dalam bagi tupai kecil itu.”
“Untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan kamu, Anakku. Hendaknya kamu menyebrangi sungai itu sendiri. Putuskan menurut sudut pandang kamu sendiri, apakah air sungainya dangkal atau dalam.” Ibu Kuda menjelaskan kepada pony kecil dengan senyuman dan sentuhan hangat tangan lembut yang menyemangati hati pony kecil yang telah putus asa.
Setelah mendengar penjelasan dan semangat yang diberikan Ibu tercinta, pony kecil kembali ke tepi sungai. Kali ini, dengan penuh percaya diri dan keyakinan ia menyeberangi sungai untuk mencapai tujuannya menemui sang nenek tercinta di seberang sana.
“Ternyata sungai ini tidaklah sedangkal yang dikatakan Paman Kerbau dan juga tidak sedalam serta mengerikan seperti apa yang telah diceritakan Sobat Tupai.” Pony kecil memberitahukan dirinya sendiri.
Langkah demi langkah ditelusuri. Pony kecil pun tiba di tepi sungai yang lainnya. Denga lari kecil yang penuh riang ia menuju rumah nenek tersayang dengan sangat gembira.
Apakah yang dapat kita petik dari cerita di atas?
Bayangkanlah kita adalah Pony Kecil.
Pernahkah kita menghadapi tantangan seperti yang dihadapinya?
Jawablah di dalam hati kecil kita!
Seringkali dalam kehidupan ini, tanpa kita sadari, hal yang serupa juga kita hadapi.
Apa yang telah kita cita-citakan putus ditengah jalan dengan seiringnya waktu dan ketidak percaya serta keyakinan yang pudar. Baik itu di sekolah, di tempat kerja, dalam hal membina hubungan, di keluarga. Untuk lebih fokusnya marilah kita membahas dengan apa yang telah kita cita-citakan.
Mari kita mundur ke tahun dimana masa kita di Sekolah Menengah Pertama (SMP). Ingatlah kembali dengan apa yang telah kita cita-citakan. Saat berbincang-bincang dengan sahabat-sahabat kita sewaktu istirahat. Tuangkanlah di kertas putih dengan tinta hitam yang telah kamu sediakan.
Kemudian, kita akan maju menuju di saat Anda duduk di Sekolah Menengah Atas (SMA). Lukiskanlah apa yang Anda cita-citakan. Apakah sama dengan yang Anda tuliskan sebelumnya?
Sekarang, bayangkan di saat Anda di bangku kuliah, apakah cita-cita itu masih ada? Mengapa? Anda telah menjawabnya.
Awalnya mimpi itu sangat nyata. Dengan penuh semangat dan matang kita membeberkannya, tanpa ada sedikit keraguan pun. Ingatlah kembali perasaan Pony kecil yang sewaktu mendengar penjelasan Kerbau. Bayangkan semangatnya! Begitu jugakah semangat Anda? Atau lebih besarkah?
Saat tiba fondasi akan dibangun, bertiuplah angin dari sisi kiri dan sisi kanan. Hati mulai gundah. Resah, patah semangat sebelum mencoba, takut untuk keluar dari area kenyamanan, rasanya ingin mundur saja. Semua itu hanya mimpi. BENARKAH ITU?
Waspada itu penting tetapi janganlah "KUPING TIPIS LANGSUNG VONIS". Telusuri, selidiki terlebih dahulu. Mengapa sisi kiri mengatakan begini dan sisi kanan meniupkan begitu. Pelajari medannya. Jangan langsung menvonis dan menjatuhkan hukuman, apa lagi� kepada cita-cita Anda sendiri. Bukankah hal itu sangat menyakitkan hati kita. Bayangkan kita menyayat jantung kita sendiri. Betapa mengerikan.
Walaupun Tidak ada yang gratis di dunia ini. Akan tetapi kita harus dan harus menentukan goal kita sendiri. Rasakan sendiri seperti yang dirasakan Pony kecil sewaktu menyebrangi sungai dan mendapat jawaban darinya. Karena apa yang kita inginkan haruslah kita: MINTA, RASAKAN dan TERIMA lah. Walaupun hal tersebut belum terjawab, bayangkanlah bahwa kita telah dan sedang menerimanya. Kita adalah apa yang kita pikirkan.Jika kita terus memikirkan masa lalu, cerita yang mengatakan bahwa cita-cita kita hanyalah mimpi belaka maka BANGKITLAH, JALANILAH dan TERUSKANLAH. Jangan takut dan goyah jika ada rintangan di depan. Karena benar adanya dengan apa yang dikatakan Motivator No. 1 Indonesia, Bapak Andrie Wongso, YES! SUCCESS IS MY RIGHT!SUCCESS IS MY RIGHT, YOURS, OURS AND EVERYONE WHO REALLY BELIEVES IT.BECAUSE EVERYONE IS NUMBER ONE
0 komentar:
Posting Komentar